Kamis, 31 Maret 2011

PERSEPSI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PEMILIHAN OPERATOR TELEPON

(Studi Kasus Pada PT. Telkom Datel Surakarta)
Pada persaingan pasar global, selain struktur dan perilaku pasar yang berubah sistem perekonomian secara komprehensif turut berubah. Hal ini ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, sehingga akan mengurangi panjang saluran distribusi. Berarti setiap perusahaan harus siap dan mampu menghadapi business change yang ada dan mendorong pada perubahan pola strategi bersaingnya mengikuti perubahan pasar tersebut. Tidak terkecuali bagi PT. Telkom Datel Surakarta, sebagai korporat yang bergerak dalam bisnis telekomunikasi tentu juga dihadapkan pada tantangan bisnis yang sengit.

Sementara pasar bisnis telekomunikasi saat ini sangat terbuka, pengelolaan otoritas telekomunikasi itu sendiri mengalami perubahan paradigma dari monopoli menjadi pro-pasar. Hal ini tidak saja terjadi di Indonesia, akan tetapi hampir di seluruh dunia. Peran nyata yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam hal ini diimplementasikan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh empat badan hukum; yaitu Badan Hukum Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta, dan koperasi. Bahkan undang-undang tersebut secara tegas menyatakan larangan praktek monopoli.

Secara historis, pada tahun 2000 khususnya di Indonesia tercapai kesepakatan bahwa hak eksklusif TELKOM untuk lisensi penyelenggaraan telepon lokal berakhir pada 1 Agustus 2002, sedangkan hak eksklusif Indosat untuk lisensi penyelenggaraan sambungan langsung internasional berakhir 1 Agustus 2003. Berdasar kondisi tersebut, sejak tahun 2002 mulai bermunculan pesaing baru dalam bisnis telekomunikasi di Indonesia. Pada akhirnya, kompetisi bisnis telekomunikasi di Indonesia sejak tahun tersebut benar-benar memaksa PT. TELKOM untuk bersaing secara profesional. Hal
ini karena pasar sudah bergeser dari kondisi monopoli hingga bermunculan pesaing baru dalam bisnis yang sama. Ini adalah awal dari perubahan yang tidak dapat dihindari oleh PT. TELKOM.

Konsumen Indonesia sudah dihadapkan pada banyak pilihan produk
layanan jasa telekomunikasi. Produk PT. TELKOM Flexy sudah disaingi oleh penawaran layanan sejenis dari Esia Bakrie Telecom dan StarOne Indosat, Fren dari Mobile-8, Simpati dan kartu halo dari produk Telkomsel (anak perusahaan PT. TELKOM) XL, IM3, Matrix. Menyikapi kondisi persaingan yang mulai sengit tersebut, tentu saja diperlukan strategi pemasaran yang jitu sehingga PT. TELKOM mampu menjadi leader diantara para pendatang baru yang berambisi memenangkan persaingan bisnis telekomunikasi di Indonesia. Singkatnya diperlukan strategi yang tepat untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan masyarakat.


Komentar:
Menurut saya secara khusus PT. Telkom Datel Surakarta perlu mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan produknya dalam rangka memuaskan kebutuhan mereka.

Pelanggan PT. Telkom Datel Surakarta seharusnya lebih fokus dalam memasarkan dan menginformasikan produknya. Pelanggan bisa saja tidak memahami produk yang ditawarkan secara mendalam, sehingga ketika ada produk lain yang lebih lengkap informasinya, maka mereka bisa mengubah pikirannya untuk membeli produk PT. Telkom. Tidak adanya pemahaman terhadap motivasi, kebutuhan, dan kesukaan/preferensi pelanggan jelas bisa merusak.

Dengan demikian, bagi PT. Telkom Datel Surakarta mempelajari perilaku pelanggan akan memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, dan saluran pemasaran. Harga pulsa juga merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh PT. Telkomsel, karena pada saat ini harga pulsa sangat mempengaruhi pikiran pelanggan untuk menggunakan suatu operator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar